-->

Latest News

Jumat, 27 Mei 2016

#THROWBACK: PEMENTASAN KEBUN CERI

Teater KATAK membawakan pementasan "Kebun Ceri" pada 23-24 Mei 2015 di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Kebun Ceri ini merupakan produksi yang ke-37 dari Teater Katak.

Venantius Vladimir Ivan, sebagai sutradaranya mengadaptasi kisah tersebut dari naskah ‘The Cherry Orchard’ karya sastrawan Rusia, Anton Chekhov. Di dalamnya terdapat sentilan telak pada perilaku orang-orang yang tak lagi relevan dengan zaman.


Naskah The Cherry Orchard pertama kali dipentaskan di Moscow Art Theatre pada 17 Januari 1904. Mahaguru teater dunia, Konstantin Stanislavski, jadi sutradaranya. Walau Chekhov bermaksud menampilkannya sebagai kisah komedi, Stanislavski bersikeras untuk membawakannya sebagai tragedi.
Naskah ini merefleksikan kondisi sosial-ekonomi yang terjadi di Rusia pada saat itu. Pada 1861, terjadi reformasi emansipasi yang secara resmi menghapus status budak dalam Kekaisaran Rusia. Imbasnya, sekitar 23 juta budak mendapat hak untuk hidup sebagai warga negara yang bebas. Mereka bisa memiliki properti, mengelola bisnis, dan bahkan menikah tanpa harus meminta izin terlebih dahulu.
Ini membuat kaum bangsawan atau aristokrat terjepit. Perlahan, muncul kaum kelas menengah baru yang berhasil meraih sukses dengan kerja keras. Para aristokrat yang terbiasa hidup mewah dan bermalas-malasan mengandalkan status sosialnya pun terpaksa mesti menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Di awal abad ke-20, gerakan kaum sosialis terus menguat. Para buruh mogok kerja dan berunjuk rasa menuntut keadilan dari pemerintahan tirani Tsar, entah soal jam kerja, upah, dan lainnya. Revolusi pun terjadi pada 1905 dan 1917 hingga mendorong terbentuknya Uni Soviet pada 1922.
Chekhov berusaha memotret masalah ini dan mengangkatnya dalam The Cherry Orchard. Tokoh Lyubov dan keluarganya adalah representasi kaum aristokrat yang hidup dalam ilusi masa lalu nan gemilang, dengan kebun ceri sebagai penandanya.
Kebun ceri di sini adalah awal dan akhir. Ia mengisi dan memberi arti dalam setiap detail kenangan masa kecil Lyubov. Ia adalah kebanggaan, juga harga diri. Kehadirannya jadi penanda bagi kebesaran serta kejayaan Lyubov dan keluarganya. Karena itu selama kebun ceri berdiri tegak, harga diri Lyubov sebagai seorang aristokrat akan tetap terjaga.
Di Indonesia, tak jarang orang seperti Lyubov hadir dalam berbagai pemberitaan media massa. Orang-orang yang pernah mengisi jabatan penting dalam pemerintahan, atau bahkan artis yang telah pudar ketenarannya, bisa tiba-tiba muncul kembali dengan tindakan atau komentar nan kontroversial. Mereka tak sadar, mereka tak lagi relevan dengan zaman. Bukannya beradaptasi dengan kondisi sosial terkini, mereka kerap terjebak dalam kenangan megah masa silam dan berharap mendapat ruang gerak yang sama seperti dahulu.
 
Mereka lupa untuk keluar dari zona nyamannya.
Karena itu, Teater KATAK pun mencoba beranjak dari zona nyaman dan menjajal lakon realis dalam kemasan pentas besar dua bulan mendatang. Bukan hal mudah, tapi tak berarti tak mungkin untuk dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar