-->

Jumat, 03 Juni 2016

Produksi Ke-43 Penuh Legenda


Les Misérables merupakan salah satu kisah terpopuler di dunia. Versi musikalnya pun melegenda, entah hasil garapan teater-teater West End di Inggris ataupun produksi Broadway di Amerika Serikat. Namun Teater KataK bermaksud menghibur dengan gayanya sendiri; tidak musikal, tapi dominan porsi musiknya. Semua lagu yang akan dibawakan pun dibuat langsung oleh para anggota Teater KataK di bawah arahan sutradara Venantius Vladimir Ivan.
Pementasan anak katak produksi ke 43 ini diangkat dari novel Les Misérables  karya Victor Hugo yang pertama kali terbit pada 1862, berkisah soal pergolakan rakyat yang berpuncak di Paris pada Juni 1832. Kejadian tersebut dipicu rasa tak puas masyarakat mendapati terpilihnya Louis-Philippe sebagai raja usai Revolusi Juli pada 1830. Selain itu, berbagai masalah ekonomi juga sempat menyapa pada rentang 1827-1832, dari gagal panen, keterbatasan stok pangan, hingga melonjaknya biaya hidup sehari-hari.

 
Les Misérables  mengajak kita mengikuti kisah beberapa tokoh sekaligus, khususnya Jean Valjean, mantan narapidana yang berjuang mencari penebusan sembari berdamai dengan dirinya sendiri. Cerita soal Valjean terinspirasi dari kisah hidup Eugène François Vidocq, mantan tahanan yang kemudian sukses mendirikan kantor detektif serta rutin beramal bagi masyarakat.

Versi musikal Les Misérables pertama kali dimainkan di Palais des Sports, Paris, Perancis, pada 1980. Kemudian, Royal Shakespeare Company mulai membawakan versi bahasa Inggris-nya di Barbican Centre, London, Inggris, pada Oktober 1985. Sementara itu, produksi versi Broadway di Midtown Manhattan, Amerika Serikat, perdana dimainkan pada Maret 1987 dan terus berlangsung hingga pementasan ke-6.680 pada Mei 2003. Musik aslinya digubah oleh Claude-Michel Schönberg, dengan Alain Boublil dan Jean-Marc Natel sebagai pencipta liriknya. Sementara itu lirik bahasa Inggris dibuat oleh Herbert Kretzmer. Sebagai sutradara, Ivan mengakui ia mesti menghadapi tantangan besar untuk melepaskan Teater KataK dari bayang-bayang Les Misérables  versi musikal ala Broadway. Wajar saja, beberapa lagu dari versi musikalnya begitu melegenda, entah “I Dreamed a Dream” ataupun “Do You Hear the People Sing?”.



Selain itu, yang menarik dalam pementasan kali ini adalah dimana tokoh Valjean harus melalui beberapa fase perubahan emosi sepanjang hidupnya. Pertama, ketika ia keluar dari penjara dan memutuskan untuk bertobat. Kedua, kala ia mengangkat Cosette sebagai anak angkat dan menjalani peran baru sebagai ayah. Ketiga, saat ia jelang wafat dan menemui momen penebusan.

Riski Safaat, pemeran Valjean, pun mengungkapkan bahwa ia sempat kesulitan dalam pendalaman karakter. Karena itu, ia mencoba melakukan banyak riset, salah satunya dengan menyaksikan serta membandingkan berbagai pementasan teater dan adaptasi film Les Misérables sebelumnya, termasuk film karya Bille August pada 1998 dan film musikal karya Tom Hooper pada 2012. Belum lagi, Riski dituntut untuk bernyanyi di atas panggung, sebuah pengalaman baru baginya sejak bergabung dengan Teater KataK pada 2010. 

Di sisi lain, asisten sutradara Christopher Octaviano merasa yang terutama adalah keseimbangan dalam diri para pemain. Mereka yang telah memiliki latar belakang sebagai peyanyi pun diharapkan mampu menjaga emosinya di atas panggung.

Dalam pementasan teater KataK yang ke 43 kali ini mereka lebih berfokus dan menekankan pada karakter dan emosinya sehingga bisa muncul dan sampai ke penonton, tutur Octaviano selaku asisten sutradara dalam pementasan kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar