Les
Misérables merupakan salah satu kisah terpopuler di dunia. Versi musikalnya pun
melegenda, entah hasil garapan teater-teater West End di Inggris ataupun
produksi Broadway di Amerika Serikat. Namun Teater KataK bermaksud menghibur
dengan gayanya sendiri; tidak musikal, tapi dominan porsi musiknya. Semua lagu
yang akan dibawakan pun dibuat langsung oleh para anggota Teater KataK di bawah
arahan sutradara Venantius Vladimir Ivan.
Pementasan
anak katak produksi ke 43 ini diangkat dari novel Les Misérables karya
Victor Hugo yang pertama kali terbit pada 1862, berkisah soal pergolakan rakyat
yang berpuncak di Paris pada Juni 1832. Kejadian tersebut dipicu rasa tak puas
masyarakat mendapati terpilihnya Louis-Philippe sebagai raja usai Revolusi Juli
pada 1830. Selain itu, berbagai masalah ekonomi juga sempat menyapa pada
rentang 1827-1832, dari gagal panen, keterbatasan stok pangan, hingga
melonjaknya biaya hidup sehari-hari.
Les
Misérables mengajak kita mengikuti kisah beberapa tokoh sekaligus,
khususnya Jean Valjean, mantan narapidana yang berjuang mencari penebusan
sembari berdamai dengan dirinya sendiri. Cerita soal Valjean terinspirasi dari
kisah hidup Eugène François Vidocq, mantan tahanan yang kemudian sukses
mendirikan kantor detektif serta rutin beramal bagi masyarakat.
Versi
musikal Les Misérables pertama kali dimainkan di Palais des Sports, Paris,
Perancis, pada 1980. Kemudian, Royal Shakespeare Company mulai membawakan versi
bahasa Inggris-nya di Barbican Centre, London, Inggris, pada Oktober 1985.
Sementara itu, produksi versi Broadway di Midtown Manhattan, Amerika Serikat,
perdana dimainkan pada Maret 1987 dan terus berlangsung hingga pementasan
ke-6.680 pada Mei 2003. Musik aslinya digubah oleh Claude-Michel Schönberg,
dengan Alain Boublil dan Jean-Marc Natel sebagai pencipta liriknya. Sementara
itu lirik bahasa Inggris dibuat oleh Herbert Kretzmer. Sebagai sutradara, Ivan
mengakui ia mesti menghadapi tantangan besar untuk melepaskan Teater KataK dari
bayang-bayang Les Misérables versi musikal ala Broadway. Wajar saja,
beberapa lagu dari versi musikalnya begitu melegenda, entah “I Dreamed a Dream”
ataupun “Do You Hear the People Sing?”.
Selain
itu, yang menarik dalam pementasan kali ini adalah dimana tokoh Valjean harus
melalui beberapa fase perubahan emosi sepanjang hidupnya. Pertama, ketika ia
keluar dari penjara dan memutuskan untuk bertobat. Kedua, kala ia mengangkat
Cosette sebagai anak angkat dan menjalani peran baru sebagai ayah. Ketiga, saat
ia jelang wafat dan menemui momen penebusan.
Riski
Safaat, pemeran Valjean, pun mengungkapkan bahwa ia sempat kesulitan dalam
pendalaman karakter. Karena itu, ia mencoba melakukan banyak riset, salah
satunya dengan menyaksikan serta membandingkan berbagai pementasan teater dan
adaptasi film Les Misérables sebelumnya, termasuk film karya Bille August pada
1998 dan film musikal karya Tom Hooper pada 2012. Belum
lagi, Riski dituntut untuk bernyanyi di atas panggung, sebuah pengalaman baru
baginya sejak bergabung dengan Teater KataK pada 2010.
Di
sisi lain, asisten sutradara Christopher Octaviano merasa yang terutama adalah
keseimbangan dalam diri para pemain. Mereka yang telah memiliki latar belakang
sebagai peyanyi pun diharapkan mampu menjaga emosinya di atas panggung.
Dalam
pementasan teater KataK yang ke 43 kali ini mereka lebih berfokus dan
menekankan pada karakter dan emosinya sehingga bisa muncul dan sampai ke
penonton, tutur Octaviano selaku asisten sutradara dalam pementasan kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar